Author: Deakartika Gazerock a.k.a Matsukaza Takuya
Rated: T
Genre: Romance, Angst,
Fandom: the GazettE, Versailles, Alice Nine
Pairing: Hizaki x Ruki, Kai x Hizaki, Tora x Saga, Aoi x Uruha,
Part: 2/???
Warning: Fanfic NISTA, kebanyakan
PERCAKAPAN ketimbang NARASI, BOBROK & NGAWUR ABIS! Daku bukan author yang
pro, maap klo ff buatan saya yang memalukan ini tidak berkenan dihati para
reader sekalian m(__)m
Note: Hizaki disini udah di transgender oleh
saya xD *plak*.
Douzo!^_^
~Admission~
---------------
“Hmp~”, Hizaki masih berusaha semampunya untuk kabur dari pelukan Shou.
“Kenapa sayang? kau tak sabar untuk
bermain bersamaku?” Shou mengeluarkan senyuman iblisnya.
Bermain? Kau gila?! Aku benar-benar
tidak sudi!
Sampailah mereka di taman belakang
sekolah. Tak ada seorangpun disana.
Hanya ada taman bunga dan pondok kecil permanen. Tiba-tiba Shou mendorongnya ke
dalam pondok itu.
“Ittai~!” Hizaki merintih kesakitan.
“Baiklah sayang, ayo mulai permainan
kita”, shou terlihat sangat bersemangat, semangat yang menandakan sebuah malapetaka
akan datang menghampiri Hizaki.
“Apa maksud–?!”
Tiba-tiba Hizaki merasakan bibirnya
telah melekat pada bibir lelaki nakal itu, terasa sangat lembut. Dengan cepat
Shou lalu membaringkannya dan memeluk Hizaki dengan gerakan yang sangat liar,
seperti singa yang akan memangsa korbannya.
“...nggghh~....” Hizaki
menggeliatkan tubuhnya agar bisa kabur dari kondisi berbayaha itu, tapi itu
semua percuma. Shou melepaskan bibirnya dan berbisik dengan sedikit mendesah.
“Tidak sayang, aku tidak akan
melepaskanmu sebelum permainan kita selesai” Shou mempererat pelukannya.
“Hentikan! Atau tidak aku akan,
ugh~!”, belum selesai Hizaki berbicara, mulutnya langsung dibungkam dengan
ciuman maut Shou.
Ia terkurung dalam kondisi berbahaya,
ini sungguh menyiksa. Lalu, Shou mencoba menerobos bibir Hizaki dengan
lidahnya. Tangan Shou mulai meraba bagian tubuhnya.
Shou melepaskan ciuman darinya karena
tidak bisa menerobos bibir Hizaki yang tertutup rapat. “Tenang, aku tidak akan
melukaimu. Justru akan ku buat kau bahagia hari ini” Kembali Shou mencium
bagian lain, dan target selanjutnya adalah leher Hizaki.
“Shou, Pergi! Menyingkir dariku!”
Shou terlihat sangat senang,
tangannya mulai membuka satu persatu kancing baju seragam yang digunakan Hizaki.
Dan Shou kembali menyumbat bibir merah milik korbannya kali ini.
“Ugh~...Shou...hen..ti.....kan.....ngghh~”
Hizaki masih terkurung dalam pelukan.
Ia berhasil membuka semua kancing
seragam Hizaki sehingga angin yang berhembus dengan lembut menggesek bagian
badannya yang terbuka.
“Hey, bolehkan aku menyentuh dadamu
yang indah ini?”
“Nani?!” mata Hizaki terbelalak
dengan perkataannya. Tanpa menunggu jawaban, shou langsung menjamah dada Hizaki.
“Uwaa! Tasukete kudasai! Shou,
pergi! Menyingkir dariku!”, Hizaki mulai memberontak, tapi Shou tidak kalah
saing. Ia malah memperkuat pelukannya dan kembali mencium Hizaki dengan lebih
kasar.
Tep, seseorang menyentuh pundak kiri Shou. Ia menoleh pandangannya
dan berdiri, “Hey, jangan ganggu. Aku sedang–”
DUAK! sebuah pukulan bersarang pada pipi Shou yang halus hingga
membuatnya terjatuh.
“Apa yang kau lakukan pada wanita
ini?” sesosok lelaki itu berdiri di dekat Hizaki, terlihat sama-samar.
Shou bangkit dan menatap lelaki itu
dengan tajam. “Memang kenapa? Perlukah kau tahu itu, chibi? heh” Shou menyeka
darah dibibi
Eh? Chibi?
“Jangan dekati dia lagi atau kau
akan ku hajar lebih dari ini.” Lelaki tersebut membelakangi Hizaki dan
melindunginya dari serangan Shou jika Ia kembali melakukan perlawanan terhadap
Hizaki atau lelaki tersebut.
“Baik-baik, tapi itu tidak akan
berlangsung lama karena aku akan menculiknya agar aku bisa bermain kembali
dengannya” Shou mengeluarkan senyuman untuk menyidir lelaki itu dan akhirnya
pergi meninggalkan mereka.
Hizaki kembali memasang kancing
seragamnya dan merapikan kembali. “Arigatou telah menyelamatkanku, tanpamu
mungkin aku sudah dihabisi oleh si hentai itu.”
“Douita, lain kali hati-hati dengan
Shou. Dia memang seperti itu kalau sudah ketemu cewek yang lagi lengah.” Lelaki
itu membalikkan tubuhnya dan ternyata Ia adalah..
“Heeee?! Ruki??!! Apa yang kau
lakukan disini?!” Hizaki sangat terkejut ternyata Ruki lah yang menyelamatkannya
tadi. Wajahnya memerah seketika.
“Baru sadar ya? Dasar...Aku hanya
sedang bosan dan memutuskan untuk mengelilingi sekolah. Lalu, aku mendengar
teriakanmu tadi. Makanya aku kesini dan ternyata Shou sedang melakukan aksinya
kembali. Baiklah, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi bel berbunyi.” Ruki memegang
tangannya. Rasa malunya kembali meningkat.
“Eh? Tanganku?! Hahah... tolong
lepas Ruki sebelum aku gila karenamu.” Jerit hati Hizaki sambil menahan
perasaan yang sangat kacau, tidak tahu harus senang atau malu.
Sesampainya di kelas, semua siswa
terkejut melihat kedatanganku bersama ruki.
“Wow! Lihat mereka! Sepertinya ada
yang punya hubungan baru nih. Cuit cuit!” teriak Hiroto, selaku ketua kelas.
Cewek-cewek satu kelas langsung teriak histeris.
“Ruki! kau tega berselingkuh
dibelakangku?!” Reita syok melihat kedatangan mereka dengan adegan yang cukup
fenomenal (?).
“Apa-apaan kalian? Aku hanya
berjalan dengannya dan tidak melakukan apa-apa. Apa itu masalah? Dan kau Reita,
apanya yang selingkuh? Kau juga sering berduaan dengan Nao ‘kan?”
“Tidak kok! Mana pernah aku berjalan
dengannya.” Reita mulai gelalapan mendegar ucapan Ruki.
“Oh begitu? Jadi ini apa?” Ruki
menunjukkan foto dari Hp-nya.
Beberapa orang melihat layar Hp Slip
tersebut, termasuk Reita. “Huwa!” Reita langsung mengambil Hp Ruki. Itu adalah
foto Reita sedang mencium dahi Nao.
“Darimana kau mendapatkan?” Reita
terlihat kalang kabut.
“Dari diriku sendiri. Aku melihat
kau sedang duduk bersama Nao di cafe langgananmu.”
Aku hanya tertawa melihat reaksi
Reita yang sedang menahan malu dan melangkah menuju tempat dudukku.
“Kau senang berjalan dengan Ruki
‘kan?” Aoi menghampiriku.
“Eh? Tidak kok, biasa saja.”
“kenapa? Kau trauma denganku karena
kejadian waktu itu?”
“Sangat. He~”
“Hahaha. Itu hanya sebuah uji coba
kok.” Aoi tertawa kecil
“Eh? Maksudmu?”
“Aku hanya mengujimu apakah kau
benar-benar menyukai Ruki atau tidak. Dan hasilnya benar, kau lulus dalam uji
cobaku.”
“Heh. Alasan konyol. Aku benar-benar
tak sudi dinistakan seperti itu. Sebenarnya apa maumu?” Hizaki menatap wajahnya
dalam-dalam. Ia tidak yakin dengan kata-kata yang barusan diucapkannya.
“Apakah kau mau ku bantu agar kau
mendapatkannya?”
“Tidak, terima kasih. Biarkan aku
berusaha terlebih dahulu.”
“Baiklah kalau memang itu maumu.
Tapi kalau ada apa-apa, panggil saja aku” Aoi mengacungkan tangannya keatas.
“Hai’, senpai.” Hizaki melontarkan
tawa jengkel padanya dan Aoi hanya tersenyum manis.
----------
Bel pulang berbunyi. Hizaki
membereskan barang-barangnya, lalu menghampiri Kai.
“Kai, pulang sama-sama yuk? Hehe”
“Tidak, terimakasih.” Wajah Kai
terlihat muram dan pergi meninggalkannya.
“Lho? kenapa?
Ada yang salah denganku? Padahal dia tidak pernah menolak jika aku mengajaknya
pulang bersama.” Gumamnya dalam hati. Hizaki sedikit bingung dengan tingkah Kai
barusan.
Selama perjalanan pulang, Hizaki
berpikir keras apa yang membuat Kai hingga seperti itu. Akhirnya Ia memutuskan
untuk menelpon teman kecilnya itu.
Drr..drr..drr
“Moshi-moshi.” Kai menjawab telponnya.
“Moshi-moshi, Kai. Kenapa kau
menolak pulang bersamaku tadi? Apa aku telah melakukan kesalahan?” Tanya Hizaki
sedikit gugup.
“.....” Kai tidak menjawab
sedikitpun.
“Kai? Apa kau masih disana?”
Tuuuuuut
Kai menutup telponnya. Sudah Ia duga, ada yang tidak beres dengan Kai. Hizaki berlari menuju rumah Kai untuk menanyakan lebih lanjut masalahannya.
Kai menutup telponnya. Sudah Ia duga, ada yang tidak beres dengan Kai. Hizaki berlari menuju rumah Kai untuk menanyakan lebih lanjut masalahannya.
Akhirnya tiba juga di rumah Kai. Hizaki
melihat didepannya ada ibu Kai yang sedang menyiram bunga. Lalu Ia memutuskan
untuk menghampiri wanita itu. “Sumimasen Oba-san. Apakah Kai ada dirumah?”
“Oh Hizaki! Kai, ya? Dia ada di
dalam kok. Silahkan masuk! Kamarnya ada di lantai 2.” Ibunya tersenyum dengan
lesung pipi yang sangat manis, sama dengan senyuman Kai.
“Eh? Arigatou Gozaimasu!” Hizaki
membungkukkan tubuhnya dengan riang dan melangkah menuju rumah Kai.
Terlihat rumah ini sangat sepi. Tak
ada orang kecuali Kai di dalam kamarnya.
Tok tok tok
“Siapa itu?” Terdengar suara lelaki
dari dalam kamar.
“Ini aku, Hizaki. Ada yang ingin aku
bicarakan.”
Krek, pintunya terbuka dari dalam. Tampak wajah Kai yang muram dengan
rambut acak-acakan dan pakaian yang berantakan.
“Oh, Hizaki. Ada apa?” Kai
tersenyum, namun seperti senyum yang terpaksa.
“Ano.. aku ingin bertanya. Kenapa
kau menolak ajakanku tadi? Apa aku telah melukai hatimu?” hati Hizaki mulai
gugup ketika menanyakan itu.
“Iie, daijoubu.” Kai tertawa kecil
dan mengusap rambutnya.
“Uso! Katakan sejujurnya padaku!”
“Aku serius, tak ada yang perlu kau
khawatirkan”
“Kai. Jangan berdus.....” tiba-tiba
Kai menariknya kedalam dan mengunci pintu.
“Eh?” Hizaki tercengang melihat dirinya
yang telah ada dipelukan Kai.
Hangat sekali.
“Jangan pergi dariku.” Wajah Kai
terlihat sangat serius.
“Apa maksudmu? Wakaranai.” Jantungnya
berdebar kencang. Hizaki semakin gugup dengan Kai. Namun, pelukan ini terasa
sangat nyaman baginya.
Kai mencium dahinya dengan tulus. “Suki
desu.”
“Nani?!” Mata Hizaki terbelalak
mendengar kata-kata itu dan melepas paksa pelukan Kai dan berlari menuju keluar
kamarnya, tetapi percuma karena pintunya terkunci dan kuncinya ada di tangan Kai.
Akhirnya hanya bisa terdiam tak berkutik di depan pintu.
“Kenapa kau lari? Kau tidak mau
denganku? Apa karena aku tidak sesempurna Ruki yang kau cintai itu?” Kai
menahan pundak Hizaki dengan kedua tangannya.
“Eh?! Dari mana kau tau?! Itu semua
bohong!”
“Jangan berbohong padaku. Kau pikir
dengan pertemanan kita sejak kecil itu tak membuatku bisa membaca pikiranmu?
Aku tau apa yang kau rasakan dan inginkan, hizaki-san.” Kai menajamkan matanya
dan Hizaki mulai ketakutan.
“Aku..aku..” Hizaki tak memiliki
mental berbicara untuk saat ini, gugup ingin berbicara dengan Kai.
“Sebenarnya selama ini aku menyimpan
rasa denganmu. Tapi aku cemburu melihatmu berjalan dengan Ruki! Kau pikir
senyuman yang selama ini kuberikan padamu saat kau bersama Ruki adalah
sukarela? Aku tersenyum padamu karena aku menahan rasa sakit hati yang tak
tertahankan!”
“Kai
cemburu padaku? Kenapa dia tak pernah mengatakan padaku jika dia menyukaiku?
Kita ‘kan sudah berteman sejak kecil?” Gumam hati Hizaki yang masih
ketakutan dengan kemarahan Kai.
Mendadak Kai mencium bibirku dengan
lembut, menahan kedua tanganku dengan tangannya.
Kenapa? Apakah kau dendam padaku karena aku tak pernah menghiraukan
perasaanmu?
Tidak puas hanya dengan mencium, Ia
mencoba memainkan lidahnya untuk menerobos bibir Hizaki. Tangannya dikunci oleh
tangan kiri Kai, sedangkan tangan kanan Kai pun mulai meraba tubuhnya.
“Ugh~ Kai... hen..tikan~”, Ia tak menghiraukan
kata-kata Hizaki. Sepertinya Kai benar-benar marah, terlihat ingin melampiaskan
kecemburuannya selama ini.
Kai melepaskan bibirnya, sedangkan
Hizaki terduduk lemas, sepertinya tenaganya sudah mulai habis. Kai pun ikut
duduk didepannya. “Kai? Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku??” tak sadar air
mata Hizaki menetes di lengan Kai.
Kai mengusap air matanya,“ Karena aku
ingin kau menjadi milikku. Tak akan ku biarkan kau disentuh oleh orang lain.
Kumohon, apa yang membuatmu tidak mencintaiku??”
“Bukannya aku tidak menyukaimu,
tetapi kau tak pernah mengatakan perasaanmu. Aku pikir kita hanya sebatas
teman. Tapi, ternyata kau memiliki perasaan yang berbeda kepadaku, sedangkan
diriku sedang memiliki perasaan kepada orang lain.” Hizaki tertunduk lemas
melihat wajahnya.
“Itu sebabnya aku melakukan ini
padamu! Karena aku mencintaimu dan aku tidak ingin kau menjadi milik Ruki!”
“Maafkan Kai, kumohon biarkan aku
pulang! Aku tak bisa berbincang-bincang jika didesak seperti ini!” Air matanya semakin
banyak yang menetes, sedikit membasahi lengan seragam sekolah yang masih
digunakannya
“Hizaki.. Gomen, gomennasai.” Kai
memegang tangannya dan mencium dengan
sepenuh hati. Lalu membuka pintu kamar, mempersilahkan Hizaki untuk pulang.
----------
Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Hizaki
telah tiba di depan pintu rumah dengan pikiran yang sangat kacau.
“Tadai... errrr!” matanya terkejut
melihat pemandangan yang tak lazim sekali dimana kakaknya sedang berciuman
dengan pacarnya, Tora.
“Oh Hizaki! Okaeri.^^” Saga langsung
melepaskan ciumannya.
“Gomen menggangu kalian. Silahkan
lanjutkan kembali.” Hizaki memalingkan wajah dengan sedikit perasaan jengkel.
“Wah, kau marah ya? Gomen ne~..Oh
iya, tadi ada temanmu yang mengirimi surat, ini.” Saga mengeluarkan surat
bermotifkan bunga sakura dari kantong celananya.
“Dari siapa?”
“Tidak tahu, dia tak menyebutkan
namanya”
“Hm.... Arigatou, niisan.”
“Douita, adik kecilku yang manis.”
Hizaki menyindirnya dan kembali
menuju kamar. “Sudah lama juga aku tidak mendapat surat. Hehe.” Ia keluarkan
isi amplop itu secara perlahan. “lho? Seperti aku mengenal bau surat ini, tapi
siapa?”
Melihat keanehan ini membuatnya
penasaran, tanpa basa basi Hizaki membaca isi suratnya.
.
.
.
“Uso! Shinjirarenai!” Kehisterisan
itu membuat Saga berlari menuju kamarnya.
“Hizaki, ada apa?!” Panik Saga.
“Eh?! Tidak ada, tadi aku melihat
tikus, besar sekali!”
“Hontou? Dimana?” Saga mengambil
sapu yang entah darimana munculnya. *nah lho?*
“Disitu!” Saga sibuk mencari tikus
itu, padahal itu hanya kebohongannya. Ia sedikit merasa bersalah.
“Sudahlah kak, lebih baik hentikan. Cepat
temui Tora-san sebelum dia kabur, sedangkan tikusnya biar aku yang mengurus”
“ha? Jangan bercanda, kau saja sudah
takut tikus, gimana mau nangkapnya?”
“Tenang, aku rasa tikusnya sudah
tidak disini lagi^^”
“Ehm.... Baiklah kalau memang itu
maumu, jaa!” Saga berlari menuju kebawah mencari kekasihnya yang Ia tinggalkan
di dekat pintu.
“Akhirnya keluar juga, huft.....”
Hizaki bersandar dengan perasaan lega dan perlahan duduk di dekat pintu.
Ia kembali membaca surat itu. Dengan
keringat dingin mengucur dari kepalanya. Tak disangka pengirim surat itu ada
lah Ruki, orang yang menyelamatkannya saat diganggu oleh Shou.
Hizaki-san. Bisa kah kau menemuiku besok di taman belakang sekolah?
Ku tunggu disana pada saat jam pulang sekolah. Ku harap kau bisa datang.
Sankyuu..
Temanmu, Ruki
Apa maksudnya ini? Bisik hatinya
yang kebingungan akan maksud surat dari seseorang yang tak di duga. Dan satu
hal lagi yang membuatnya heran, kenapa Ia bisa tahu dimana alamat rumahnya?
Hizaki terdiam sesaat untuk mencoba mencari tahu semua jawaban ini, tapi
tubuhnya tak sanggup untuk mengetahui jawabannya akibat kelelahan yang sejak
tadi bersemayam ditubuhnya. Hizaki membaringkan tubuhnya ke kasur yang cukup
empuk bagi seorang wanita aneh sepertiku. Wanita yang terlalu lemah terhadap
laki-laki, terutama yang Ia sukai selama ini. Rasa lelahnya mulai bereaksi pada
tubuh indahnya. Lama kelamaan matanya mulai tertutup. Tak ada lagi tenaga yang
cukup untuk melakukan aktivitas lain. Sepertinya Hizaki akan kembali masuk
kedalam mimpi-mimpi indah yang lainnya.
----------
PRAK PRAK
Matanya langsung terbelalak. Kali
ini Hizaki benar-benar merasa terganggu dengan bunyi barusan. Baru saja ingin
nyebur (?) ke danau, tapi semuanya buyar berkat bunyi yang membisingkan
telinga.
“Waktunya makan, bocah!” Saga
kembali memukul panci yang dibawanya lengkap dengan spatula dan bergaya ala chief
restoran.
“Apa-apaan gayamu itu niisan?” ==a
“Kenapa? Masalah? Ayo cepat turun. Aku
sudah memasakkanmu makan malam.” Pinta Saga sambil menutup tirai kamar Hizaki.
“Makan malam? Niisan? Kemana tousan
dan kaasan?”
“Mereka pergi ke Inggris” Saga
menjawab dengan santainya.
“Nani?!” Hizaki langsung berdiri refleks.
“Wah. Kau belum mengetahuinya ya? Padahal
ibu mengatakan kalau ibu akan mengirim e-mail kepadamu. Mereka pergi karena ada
urusan bisnis. Yaa kira-kira selama 3 minggu mereka tinggal disana.”
“Mereka jahat...” Hizaki mendengus
polos, membuat Saga hanya bisa melontarkan tawa kecil.
“Haha, sudah. Ayo kita ke bawah. Nanti
makanannya keburu dingin tuh” Saga mengulurkan tangannya pada Hizaki. Sedikit
tersenyum imut, kemudian Hizaki meraih
tangan yang terasa cukup halus dan lembut. Bersama mereka menuruni tangga
sambil berbincang-bincang ringan.
“Ah...Konbanwa, Hizaki-chan!” teriak
seseorang yang berasal dari ruang makan yang dikiranya sudah lenyap dari rumah
ini.
“Konbanwa....kupikir Tora-san sudah
pulang. Maaf sudah lama menunggu kami.” Ojigi sekilas lalu berjalan menuju
kursi yang sudah disiapkan Saga untuknya.
“Kenapa Tora-san masih ada disini? Bukankah
hari sudah malam? Biasanya Tora-san sudah pulang kalau hari sudah gelap” cletuk
Hizaki sambil melihat jam di salah satu bagian ruangan yang masih menunjukkan
jam 18.45 PM.
“Niisan belum memberi taumu ya? Aku
akan menginap disini hingga orang tua kalian kembali lho, hahaha” Tora-san
menjawab polos pertanyaan yang Hizaki lontarkan. Sontak saja membuatnya terdiam
sesaat. Lalu memalingkan wajahnya ke Saga dengan tatapan tajam.
“Apa?” Saga menyunggingkan senyuman
licik padanya.
“Saga-nii~ temui aku setelah ini ditangga.”
Ucap Hizaki sambil membalas senyuman liciknya dengan senyuman maut milik Hizaki.
Kemudian Hizaki kembali memalingkan wajah ke makanan buatannya.
----------
“Kenapa kau begitu seenaknya membawa
dia ke rumah ini? Terus apa maksudnya dia menginap disini? Apakah kalian ingin
berhura-hura ria selama kaasan dan tousan di Inggris?!” Hizaki menggerutu
dengan sedikit nada keras, membuat Saga sedikit terkejut. Namun bukannya
komentar yang didapatnya, malah senyuman yang tak tau apa maksudnya itu.
Membuatnya semakin ingin berteriak sekuat tenaga.
“Bagus dong. Berarti rumah ini akan
terlihat lebih ramai. Dan aku juga akan lebih senang karena ada yang nemenin.
Fufufu~”
“Hentikan tawa anehmu atau kutendang
macan nyasar itu.”
“Hei, bersikaplah lebih ramah pada
orang lain. Kalau orang tau sifatmu seperti ini tak akan ada yang mau denganmu.”
Saga memencet hidung Hizaki yang spontan mundur satu langkah untuk menghindari
jari Saga.
“Tapi tak adakah yang lebih pantas
darinya? Apa niisan ingin membuatku iri karena kalian bisa ‘bermain’ bersama
dengan aku sebagai penontonnya? Wah wah wah, licik sekali otakmu. Aku tak akan
sudi menonton adegan aneh seperti itu.” Hizaki mulai menaiki tangga menuju
kamarnya. Namun ia merasakan tangannya ditarik oleh seseorang yang barusan
didekatnya.
“Niisan, lepaskan!”
“Gak”
“Argh, kumohon!” Hizaki melepas
paksa genggaman itu. Tapi sayangnya Ia kalah saing dengan Saga walau lebih
kurus darinya.
“Ada yang kau sembunyikan hingga
membuatmu melampiaskannya padaku?” Saga menatap tajam Hizaki, tapi masih
melempar senyum tipis khasnya.
“He? Apa maksudnya? Aku tak
mengerti, hhaha” Hizaki mulai terlihat pucat. Jelas dalam hatinya ia terkejut
dengan pernyataan kakaknya barusan.
“Katakan.”
“Apa sih? Serius deh niisan. Semua
baik-baik sa–“
“Hizaki!” Saga sedikit membentak
hizaki, membuatnya ketakutan dan bibirnya pun mulai gemetaran..
“Argh! Aku tak bisa berpikir kalau
niisan membentakku dan lepaskan tanganmu!! Aku benar-benar ingin sendiri...”
Saga melepaskan genggaman tangannya setelah merasakan tetes air mata Hizaki
jatuh di tangannya. Hizaki berlari ke kamarnya dan tinggallah Saga seorang diri
di bawah tangga yang masih termenung melihat air mata adik kesayangannya. Untuk
pertama kalinya Ia melihat Hizaki begitu ketakutan dan menghindar darinya. Kali
ini Saga benar-benar ada yang janggal darinya.
“Saga, ada apa? Aku mendengar ada
keributan tadi.” Pemuda tinggi berambut raven berjalan keluar dari ruang makan
menuju tempat Saga.
“Ah~ Maaf Tora. Tidak apa, semuanya
sudah selesai.”
“Tapi aku mendengar ada perdebatan
disini...”
“....”
“Saga, kenapa? Terjadi sesuatu kah? Ceritakan
saja padaku.” Tora mengelus rambut coklatnya sambil ternsenyum. Tapi Saga tetap
saja masih tertunduk dengan kejadian tadi.
“Iie... Daijoubu..” Saga mulai
menaikkan wajahnya, melihat perlahan wajah Tora yang sedikit penasaran dengan permintaannya.
Memasang senyum khas miliknya, membuat Tora blushing dan mengalihkan wajahnya.
+----------+ TBC +----------+
+----------+ TBC +----------+
Hahaha, bener kan? gagal abis ;w;
saya tak berbakat, tapi entah kenapa tangan saya begitu gatel ngetik epe walau udah dikasi balsem seember T.T
Oh ya, di part 1 terjadi TYPO EVERYWHERE, jadi kemungkinan saya akan mengubahnya sedikit, dan mungkin tetep saja tidak menarik QwQ *pesimis stadium 3 kambuh
Kripik pedas diterima, tapi jangan lupa air dinginnya ya^_^ *do you know what i mean? xD
Yang ngebaca mohon tinggalkan jejak si bolangnya(?) ya ^w^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang baca postingan silahkan tinggalkan komentar ya. Don't be silent reader^^