Search here ^w^

Sabtu, 12 Mei 2012

Jealous [the GazettE FanFic]

Title           : Jealous
Chapter     : Oneshot
Author       : Maezaki Akitaka
Pairing       : Reituki [always], Uruha x ???
Fandom     : the gazette [emang apalagi coba =w=]
Genre        : Yaoi, Fluff, Crack, Little Smut, Non –EYD
Rating       : NC-16
Warning    : Weird romance [?]. Reita’s pervert
Disclaimer: I don’t own them bla bla bla~
A/N            : errr.. Reituki still virgin XD #slaps



~_~_~_~_~_~_~_~_~


Reita’s POV


“Hoaaaaammm…”

Aku menguap malas di sofa yang kini ku sandari. Sementara mataku terus fokus kearah ‘televisi flat’ dengan pandangan sedikit kosong. Kupencet berulang kali remote tv berharap menemukan tayangan yang bagus. Tapi nihil; tak ada satupun yang menarik perhatianku. Bosan, mungkin itulah yang sekarang kualami. Tak ada kegiatan, itu tidak mungkin. Aku mempunyai segudang kegiatan. Hey, aku bukanlah seorang pengangguran yang bermalas-malasan dirumah yang kerjanya hanya tidur sambil mengunyah kripik kentang. Yah, bisa dibilang sebenarnya aku ini orang yang cukup sibuk.

Bagaimana tidak? Aku adalah bassis dari sebuah band papan atas di Jepang. Banyak kegiatan yang seharusnya kulakukan, apalagi saat ini bandku sedang sibuk-sibuknya menggarap album baru yang akan diluncurkan tepat saat bandku berusia 10 tahun. Ditambah dengan persiapan konser tur yang akan diselenggarakan beberapa bulan kedepan. Itu benar-benar membuatku tak bisa bernafas banyak.

Dan Huh, lalu apa yang kulakukan sekarang? Duduk diam disini tanpa melakukan sesuatu seperti latihan mungkin. Oke biar kujelaskan! Sebenarnya aku sedang mogok latihan. Tentu saja aku mempunyai alasan kenapa aku melakukan hal bodoh ini. Pertama, aku sedang marah dengan kekasihku Ruki yang merupakan vokalis di bandku. Dan kedua, aku tak ingin bertatap muka dengan Uruha yang juga seorang gitaris didalamnya.

Jujur, aku tak begitu peduli dengan rasa marahku. Hanya saja aku merasa tidak tahan melihat kedekatan Ruki dengan Uruha. Aku tau tindakan bodoh yang kulakukan ini merugikan semuanya. Namun mau bagaimana lagi, aku benar-benar kesal dengan mereka. Ruki selalu melakukan ‘fanserivce’ dengan Uruha. Dan itu hampir terjadi disetiap band kami mengadakan konser. Mungkin aku tak berhak mempersoalkan hal ini, karna ini merupakan sebagian dari pekerjaan. Tapi lama-kelamaan aku juga gerah dengan mereka. Saat Ruki mencium Uruha atau saat Uruha menyentuh Ruki, Arrrgh, aku kan juga pengen melakukan itu dengan Ruki. Tapi mustahil sepertinya. Jangankan mencium atau menyentuh, pegangan tangan aja jarang-jarang.

Lalu entah kenapa beberapa hari ini aku merasa Ruki dan Uruha jadi semakin dekat. Kusimpulkan itu karna beberapa kali Ruki menolak ajakanku. Seperti beberapa hari yang lalu misalnya; saat aku ingin mengajaknya untuk pulang bersamaku dan aku yang sudah merecanakannya dari awal untuk membawanya ke apato-ku dan mungkin saja nanti berakhir dengan adegan ranjang (?), namun dalam sekejap GAGAL!  Ruki memilih untuk pulang bersama Uruha

Pacarnya itu sebenarnya siapa sih? Aku atau uruha? Dan terlebih lagi aku sering sekali melihat Uruha dan Ruki mengobrol; oke! Mungkin hal yang satu ini sangatlah wajar. Tapi tidak dimataku yang sudah mengaggapnya tak wajar.

Jadi pada intinya Ruki semakin dekat dengan Uruha dan aku semakin jauh dengan Ruki. Aku cemburu, itu sangatlah benar. Haaah… memikirkan kembali itu semua membuatku semakin panas.

Tak lama kemudian aku yang tengah sibuk bergulat dengan pikiran-pikiranku, merasakan hanphone-ku bergetar. Segera kuambil dari saku celanaku. Terpampang jelas nama Kai dilayar Hp-ku yang menyala. Sudah kesepuluh kalinya –mungkin- dia berusaha untuk menghubungiku, namun aku belum juga menjawab telponnya. Begitu juga dengan Aoi yang sebelumnya juga menghubungiku. Dan Uruha.. Ahhh,rasanya aku ingin membanting Hp-ku saat dia mencoba menelfonku. Akhirnya aku putuskan untuk tidak mengangkat telpon dari kai –lagi-. Biar kutebak, pasti disana ia sedang berteriak ‘kuso’ sambil melempar stick drum-nya. Haha..

Selang beberapa menit Hp-ku kembali bergetar. Ruki kekasihku belahan jiwaku menelfon. Banyak keraguan antara menjawab telfonnya atau tidak. Karna tak ingin membuatnya cemas akhirnya kujawab.

“Moshi-moshi” aku menjawab dengan nada seakan baru bangun tidur.

“REEEEEITAAAAAAAAAAAA” gubrak! Ruki meng-growl dan sukses membuatku terjungkal dari sofa akibat suara nyaringnya yang berdenging ditelingaku.

“tenang baby, ada apasih?”

“Ada apa? kau itu pura-pura tidak tau atau bagaimana, hah? Cepat bersiap dan datang ke tempat latihan. Hari ini kita ada latihan kau lupa?”

“Iyaa, aku ingat sayang~ tapi aku sedang tidak enak badan sekarang.. uhuuk” jawabku kubuat-buat sedikit lemas dan terbatuk.

“Jangan bohong”

“Aku tidak bohong”

“Kau tidak bisa membodohiku rei, kalau kau sakit kenapa kau tidak menjawab telpon dari kami semua?” Ruki menaikan suaranya. Fyuuhh, kupastikan dia sedikit marah.

“Itu..”

“Sudah jangan banyak alasan”

Haah~ aku terdiam sejenak. Kalau aku datang latihan berarti gagal dong rencana mogok latihanku. Tapi,. Ahh tunggu! Sepertinya baru saja ada bohlam lampu yang menyala muncul diatas kepalaku..Dan sepertinya sebuah ide cemerlang terlintas di otak kotorku. kekekeke~ [XD]

“Rei, halo~ kau masih disana kan?”

“Ah iya ,.baiklah aku akan datang. Tapi aku ada permintaan, kuharap kau mau memenuhinya..”  jawabku sambil ber-evilsmirk ria, tanpa ia ketahui tentunya.



~_~_~_~_~_~_~_~_~



Mata Kai terus mengekori Ruki yang sedari tadi mondar-mandir didepannya. Sesekali Ruki berkacak pinggang sambil melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya. Tepat jam 11.00, dan itu berarti sudah lewat 30 menit sejak ia menelfon reita tadi.
“Kau yakin si pesek datang?” tanya Kai pada Ruki. spontan Ruki langsung menoleh kearah Kai yang sedang memainkan stik drumnya.

“Iya aku yakin. Lagian saat ditelpon tadi dia sudah bilang mau datang.” Ruki menggigit bibir bawahnya.

Huff, kemana sih Reita? kenapa belom datang? Padahal tadi saat ditelfon aku sampai rela berjanji untuk memenuhi kemauannya.

“Ah iya baby,.baiklah aku akan datang. Tapi aku ada permintaan, kuharap kau mau memenuhinya..”

“maksudmu?”

“aku akan datang latihan asal kau mau menuruti kemauanku”

“eh kenapa begitu?”

“bagaimana ru-chan,mau atau tidak?”

“isk baka! baiklah, asal jangan macam-macam”

“kau janji?”

“hai hai! Aku janji”

“Oke! Tunggu aku dalam 15 menit”

Waaaa >_
Kenapa aku pake janji-janji segala sih! Bagaimana kalau nanti Reita minta yang aneh-aneh.

Ruki berteriak miris dalam hati ketika mengingat kembali obrolannya dengan Reita tadi ditelfon. Ia mengacak-ngacak sendiri rambutnya dan nampak berpikir keras; menerka-nerka apa yang akan diinginkan kekasih bodohnya itu.
“Eh, kenapa kamu Ru?” Uruha mengenyitkan keningnya ketika melihat tingkah aneh Ruki.

“Tidak apa-apa” Ruki menjawab sewajar mungkin.

“O”

“Ohayo” sapa pria berambut pirang pucat yang baru saja memasuki studio latihan the gazette. Dengan cepat ia mengeluarkan bass yang dibawanya dari ’case gitar’ nya. Lalu menyetel ‘amplifier’ -nya dan menyiapkan bassnya untuk segera dimainkan. Tidak sadar sedang ada 4 pasang mata yang tengah memperhatikannya
”gomen na aku telat.. ayo kita mulai latihannya”

“Kenapa baru dateng pesek? Udah dua kali gak ikut latihan sekalinya dateng telat.” Ucap Aoi sang gitaris lalu memposisikan gitarnya untuk siap dipetik dengan jari-jari indahnya. Begitupun dengan Uruha yang mengikuti jejak Aoi.

“Iya, kenapa baru dateng pesek?” Uruha memanyunkan bibirnya. Reita yang melihat hanya membalasnya dengan seringaian kecil. Sial ni bebek, umpat nya.

“sudah kita mulai saja latihannya.” Kai menengahi.

Latihan pun dimulai. ‘Uncertain sense’  menjadi lagu pembuka latihan mereka. Alunan lembut pada awal kemudian menjadi sedang lalu keras telah memenuhi ruangan studio-kedap suara itu. Dengan suara khas Ruki yang ringan dan bisa menjadi sangat berat ketika mulai ‘growling’ membuat setiap bait-bait lirik yang diucapkannya menjadi begitu indah. Serta alunan-alunan melodi yang tercipta dari setiap permainan member lainnya membuat musik mereka menjadi sempurna. Lagu-lagu lainnya pun terus berlanjut. Tanpa terasa dua jam sudah berlalu. Sebelumya memang ada waktu istirahat tapi dirasa dua jam sudahlah cukup untuk latihan hari ini. Hingga kai sang leader memutuskan untuk mengakhirinya setelah sampai diujung lagu “Defective Tragedy”.

“Kurasa latihannya sudah cukup! Trimakasih buat hari ini~” ucap Kai sambil mengelap keringat yang bercucuran diwajahnya dengan handuk kecil yang menggantung dilehernya.

“Yak~ Arigatou mina!”

“Ruki-chan, nanti pulang denganku yah?” pinta Uruha memelas ketika sudah membereskan gitar kebanggaanya yang sudah siap dibawanya pulang kembali.

Ruki menoleh kearah Reita yang tengah menyibukan diri dengan bass-nya. Entah apa yang sedang dilakukannya, hanya terlihat  memainkan melodi asal.  Mata Ruki dan Reita sempat bertemu. Sorot mata Reita yang tajam seakan mengisyaratkan agar Ruki menolak ajakan Uruha. “begini,aku ada rapat dengan sakai jadi aku tak bisa pulang denganmu” Ruki menggaruk tenkuk kepalannya yang tak gatal. Yah, itu benar, Ruki tak berbohong. Dia memang ada rapat dengan sang menejer mengenai Desaign Cover album terbaru mereka beberapa jam kedepan, tapi disatu sisi ia merasa tak enak juga dengan Reita.

“Ah iya, padahal aku pengen ngobrol soal koron” Uruha memanyunkan bibirnya tanda ia kecewa.

“kau pulang dengan aoi saja” usul Ruki.

Sekejap Uruha memalingkan wajahnya kearah Aoi. kini semburat merah tergambar jelas diwajah cantiknya itu. “yasudah, ayo pulang denganku ” aoi menggenggam telapak tangan Uruha dan berlalu dari ketiga temannya. Ja, nee.. itulah kata yang terucap sebelum mereka menghilang dari balik pintu.

“Ruki, Reita! aku keluar sebentar yah” ucap Kai dan berlalu dari ‘band-mate’ nya. Ruki mengangguk dan Reita hanya mengedipkan matanya. Kini yang tertinggal hanyalah dua sejoli yang sudah mengumumkan hubungan resmi mereka sejak satu bulan yang lalu dihadapan teman-temannya. Dan mungkin itulah yang memang diinginkan keduannya –apalagi Reita yang sangat mengharapkan momen-momen berdua bersama kekasihnya itu. Sempat terjadi keheningan diruangan yang cukup besar ini. sampai pada akhirnya Reita memecahkan keheningan tersebut.

“ sejak kapan Uruha akrab dengan koron”

“eh apa? kau bilang apa Rei?” Ruki berjalan mendekati Reita. Lalu memposisikan dirinya tepat disamping pria ber-noseband tersebut yang duduk tenang di sofa. Reita menaruh bass kesayangannya kelantai –yang semula ada dipangkuannya-. Ia menatap dalam mata hazel Ruki yang berkilau. Menelanjangi pesona yang tercipta disetiap lekukan garis-garis wajah cantik kekasihnya. Oh, God! Betapa beruntungnya ia jika memiliki sepenuhnya mahkluk indah yang sekarang berada dihadapannya.

“Rei, tadi ditelfon kau-

“Ruki kau menyukaiku tidak sih?” sela Reita. Ruki nampak sedikit terkejut dengan pertanyaan Reita yang terasa tiba-tiba.

“tentu aku menyukaimu rei. Aku juga menyukai Uruha, Aoi, Kai, dan juga Koron”. Reita yang mendengar hanya menghela nafas panjang. Betapa polosnya laki-laki yang menjadi kekasihnya itu.

“tapi..” Ruki menggigit sedikit bibir bawahnya.

“tapi apa?”

“tapi cuma kamu yang kucintai Rei” lanjut Ruki dan sukses membuat wajah Reita menjadi merah padam. Kemudian ia membelai halus pipi Reita yang sedikit berkeringat. Senyuman tipis mengembang dari bibir kecilnya. “kenapa bertanya seperti itu sih?”

“entahlah. Aku merasa akhir-akhir kau jauh denganku” Reita menggapai tangan Ruki yang semula membasuh wajahnya. Kemudian mengecupnya dengan lembut.

Wajah Ruki memerah akan perlakuan Reita terhadapnya. Perlakuan yang seharusnya sudah terbiasa untuknya, “ja..jadi karna itu kau tidak berniat latihan hari ini?”

Reita mengangguk. “tapi tidak sepenuhnya sih”

“lalu alasan lainnya?”

“aku tidak suka kau terlalu sering bersama Uruha. Aku tidak suka kau melakukan fanservice dengannya” Reita memalingkan wajahnya yang memerah kearah lain. Akhirnya unek-uneknya beberapa hari ini ia keluarkan. Walaupun nantinya pasti ditertawakan oleh lelaki tercintanya. Dan benar saja sedetik kemudian tawa Ruki membahana keseluruh ruangan. Sampai-sampai ia memegangi perutnya dan harus menyeka beberapa kali airmata yang keluar disudut matanya. Reita yang melihat tingkah Ruki yang sedikit berlebihan hanya mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tanganya sejajar didadanya. “berhenti tertawa ru! Itu sama sekali tidak lucu”

“haha.. o..oke, ma maafkan aku haha” Ruki menutup mulutnya –menahan dirinya sendiri agar tak tertawa. Ia berusaha mengatur kembali suaranya yang tadi terputus-putus karna tertawa. Lalu melihat kembali raut wajah Reita yang terlihat cemberut. Setelah itu ia kembali berbicara.

“Rei kau lucu sekali, jadi kau cemburu pada Uruha lau berencana mogok latihan gitu?”

“Ya!”

“Aww, you’re so sweet nee “ goda Ruki dengan seringaian nakalnya. “soal fanservice kau tau itu cuma sebatas hubungan kerja untuk memuaskan fans kita kan..”

Reita mengangguk. “aku tau, lalu..”

“lalu?” Ruki mengernyitkan keningnya dan menanti kalimat yang akan keluar dari mulut bassis –kesayangannya.

“Lalu kenapa akhir-akhir ini kau menolak ajakanku dan lebih memilih bersama Uruha, ruu” Reita merajuk.

Lagi. Kecemburuan Reita yang Ruki anggap tak berbobot[?] membuat Ruki tertawa. Tidak sekeras tadi melainkan hanya tawa kecil yang disunggingkan dari bibir tipis itu. Ruki sebenarnya senang akan sikap Reita yang cemburuan. Itu berarti Reita sangat mencintainya. Reita tak ingin jika dirinya didekati pria lain. kurang lebih itulah yang ada dipikiran vokalis kecil itu saat ini. Dan yah, didalam hati kecilnya  ia pun tak ingin menjalin hubungan sepesial dengan siapapun kecuali dengan Reita.

Ruki mengambil nafas dalam dan mulai menjelaskan. “kau tau kenapa akhir-akhir ini uruha sering berbicara denganku dan berkunjung ke apartemenku?”

“tidak”

Ruki tersenyum. “itu karna Uru ingin bercerita tentang Aoi. Uruha sangat menyukai Gurame tapi dia tidak tau bagaimana mengungkapkannya dan meminta saran dariku.. kau percaya kan?” kemudian Reita mengangguk. Dia tau tak ada kebohongan dari setiap kata yang keluar dari vokalis kecil itu. Mendengar penjelasan Ruki membuatnya ingin membodohi dirinya sendiri. Seperti orang idiot; melakukan hal bodoh atas dasar yang tidak diketahuinya. Untung saja ia belum melakukan hal yang kelewat bahaya untuk dirinya seperti ‘bunuh diri karna cemburu’, mungkin.

Ruki menatap lekat wajah Reita lalu berdiri tepat dihadapannya. Ia kemudian memposisikan dirinya berada dipangkuan bassis bernoseband itu; duduk dikedua paha kekar milik kekasihnya. lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Reita dan tersenyum dengan senyuman khasnya.

“now.. what do you want from me rei-chan?”

Mata sipit Reita sedikit membesar. Kaget akan tindakan Ruki yang tiba-tiba, ia kemudian menyeringai. “bitch.. you know what I mean..” ucapnya setengah berbisik ditelinga Ruki. Membuat Ruki sedikit bergidik geli saat sapuan nafas hangat menerpa telinga dan sekitar lehernya. Tanpa basa-basi bibir kering milik Reita mencium leher seputih susu milik kekasihnya itu. Kepala Ruki menoleh kesamping untuk memberikan akses lebih pada lidah panas Reita yang kini bermain nakal disana.

“ssh..aah.. jangan buat kismark Rei, kau tau hari ini aku ada rapat dengan Sakai”

Seakan tak menggubris ucapan Ruki, Reita malah semakin memperpanas ciumannya. Ia menghisap kuat leher Ruki, sesekali memberinya sedikit gigitan dan otomatis menimbulkan tanda biru yang kelamaan akan menjadi merah.

“tsk, baka.. kau tidak dengar?” Ruki mendorong pelan bahu Reita.

“kau sudah janji mau menuruti kemauanku kan?” Reita menyeringai dan dibalas tatapan horror oleh Ruki. “jadi… jangan salahkan aku jika aku menginginkannya sekarang”

Reita tak memberikan kesempatan Ruki untuk berbicara atau memprotes; buktinya sekarang ia sudah membungkam bibir kecil milik Ruki dengan bibirnya. Reita kembali melanjutkan aktifitas ‘panasnya’ dan Ruki yang memang sudah terbuai dengan permainan Reita lambat laun pun ikut terhanyut. Keduanya kini saling berusaha mendominasi didalam peraduan lidah mereka yang bertarung didalamnya. Lalu menyesapi setiap saliva yang sudah bercampur, Ruki menekan tengkuk kepala Reita; membuat ciuman itu semakin dalam. Dan Reita yang tak mau kalah dengan kekasihnya, tangan kananya yang bebas kini bergerilya didalam kaos milik Ruki yang terbalut jaket -tidak terlalu tebal. Sedikit kesulitan saat tangan halus Reita masuk kedalamnya, namun pada akhirnya ia berhasil meraba tubuh hangat Ruki.

“Ngg..hnn..” Ruki terlonjak kaget saat merasakan tangan hangat menyapa tubuhnya. Ia ingin mendesah sekaligus menarik nafas dalam-dalam setelah dirasakannya paru-parunya tak cukup menerima pasokan oksigen.


“Hey Ruki tadi aku ber-.. Oops!” ucap seseorang yang berdiri diambang pintu. Suara itu memecah adegan yang seharusnya tak dilakukan tanpa mengunci ruangan terlebih dahulu. Spontan Reita dan Ruki mau tak mau harus mematahkan ciuman mereka dan menoleh bersamaan kearah orang yang menganggu mereka.

“KAI” Reita menggertakan giginya, sementara Kai –pelaku penggrebekan(?) hanya memasang wajah innocent-nya sambil cengengesan.

“Hehe..aku kesini mau memberitahu Ruki kalau Sakai sedang menunggunya di ruangannya”

Ruki menoleh kearah Kai sebentar lalu membetulkan posisinya dan menurunkan kaosnya yang sedikit terangkat. Ia tersenyum  kecil melihat perubahan ekspresi Reita yang terlihat kecewa. Sungguh, Ruki ingin sekali menggoda kekasihnya itu namun diurungkannya karena takut terjadi hal yang macam-macam seperti tadi. Apalagi sepertinya sekarang Reita sedang horny berat, dengan datangnya Kai membuatnya sedikit lega, pikir Ruki. Kemudian ia melonggarkan tangannya yang semula melingkari leher jenjang Reita.

“Hihi.. maaf ya Rei, dengan sangat menyesal sepertinya yang tadi harus ditunda dulu” ucap Ruki seraya membelai singkat wajah Reita. sekarang ia turun dari pangkuan Reita dan berjalan kearah pintu keluar studio latihannya. Namun satu hal yang tanpa Ruki sadar, bassis ber- noseband itu tengah mengerutkan keningnya; memikirkan sesuatu dengan otak kotornya.

“Siapa bilang kita harus menundanya”

GREP!

“GYAAAAAAAAAAA~” sontak Ruki meronta saat tiba-tiba tubuhnya diangkat. Jangan ditanya siapa yang mengangkat tubuh kecil itu. Siapa lagi kalau bukan.. REITA. dengan sigap Reita menopang tubuh Ruki dengan menggunakan bahu bidangnya. Kai tercekat melihat aksi dari bassis di bandnya itu.

“Anoo.. Ruki-shan ingin kau apakan?”

“Baka! turunkan aku Reita” Ruki terus menghentakan tubuhnya dan memukul punggung Reita.

“Ru-chan jangan seperti itu ah, nanti kalau jatuh bagaimana? Hahaha..” Reita tertawa renyah.

“Gezzz! Ya sudah kalau begitu turunkan aku”

Reita  mengabaikan ucapan Ruki “Ah Kai, tolong sampaikan ke Sakai hari ini Ruki kurang enak badan jadi rapatnya dibatalkan saja…  kau mengerti kan?” Reita mengedipkan sebelah matanya.

“Ah tapi-“ kai ingin berkomentar namun segera ia telan kembali kalimatnya saat reita menatapnya –mengisyaratkan sesuatu-. Mau bagaimana lagi, akhirnya Kai menurut. Terkadang ia merasa dirinya yang sebagai leader tidak cukup tegas saat berada disituasi seperti ini.

“Baiklah.. aku akan bilang”

 “Good boy! Haha.. let’s make out with me Ru-chan ^0^..”

“KAI HELEEEEEEEEEEEEEP MEEEEEEEEEEE~”





~OWARI~


Endnote: haha gaje pan?? Bodo laahh… #plak#

Nah, ini FF dari Maezaki Amai, Sankyuu Mae-san!^^
#Kenapa Rukibon-ku sering sama Itong sih? Huwee TT^TT *plak XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang baca postingan silahkan tinggalkan komentar ya. Don't be silent reader^^

Entri Populer