Search here ^w^

Rabu, 09 Mei 2012

LOVE IS BLIND [the GazettE FanFic]

Konnichiwa minna! ini adalah Fanfic pertama dari teman kita, Heny Aoinoryuuji Takanorichan! Silahkan dibaca^^


**********




Title                 : LOVE IS BLIND
Author             : Selirnya si Rukibon[cel] aka Henychan aka Matsumoto Heny XD
Chapter           : OneShoot
Rated / Genre  : PG / Romance, Angst
Pairing             : Kai x Ruki , Reita x Ruki
Fandom           : The GazettE
Disclaimer      : Fic konyol ini adalah hak milik saya. tidak boleh ada yang mengakui miliknya! Oke! Do you Understand??? You Know?? Its Mine! MINE!!
NOTE             : Yap ini fic terinspirasi dari slogan 2012 author(?). ya karena banyak temen saya yang curhat ke saya karena masalhnya kebanyakan tentang putus CINTA. Jadi di tahun 2012 ini Author merilis slogan baru yaitu LOVE IS BLIND hahahaha..*apa sih*
Playlist                        : The GazettE_ PLEDGE, RED, Shiroki Yuutsu, Gentle Lie, Untitled, Shiver, Cassis




DOUZO...






“Aduuh dasar dia itu keterlaluan. Bisa – bisanya dia terus memperlakukanmu seperti ini.” Ucap Reita simpati sambil menyeka luka di bibirku yang sobek.
“Ukh!? itte...” rengekku.
Reita menatapku, “Kau ini kenapa mau saja diperlakukan begini, Ru?” tanyanya.
Aku hanya menatapnya diam.




>




PLAK!


“Sudah kubilang jangan sok ikut campur! Aku tidak suka dengan orang yang sok ikut campur!” bentaknya setelah sempat melukis tangan di pipiku.
“Tapi Kai aku ha...”


GREB!


“AKH!?” pekikku.
Kai menjambak rambutku dan menariknya mendekat ke wajah bengisnya, “Aku juga tidak suka pada orang yang banyak omong. Diamlah atau kau mau aku membungkam mulutmu ha?” ancamnya dingin.
Aku hanya menjawab dengan anggukkan lemah.


Bruk!


Didorongnya tubuh mungilku dengan kasar hingga aku terjerembab ke lantai. Dengan menahan nyeri yang kurasakan pada kepalaku aku masih dapat melihat ia masuk ke kamar kami dan menutup pintunya dengan kasar.


BLAM!


Aku perlahan menyandarkan tubuhku ke dinding. Dengan begini berarti aku kembali harus tidur di sofa. Ya tidur sendirian. Ah kenapa hidupku seperti ini? Apa yang salah dariku?


“Kau ini kenapa mau saja diperlakukan begini, Ru?”


Ahh~ benar juga perkataan Reita yang selalu terlontar dari bibir tipisnya. Yang selalu kujawab dengan kebisuanku tiap kali ia menanyakannya. Sebenarnya aku sendiri juga tidak tahu apa jawabannya. Tidak tahu kenapa aku mau saja diperlakukan seperti itu.


“Haaah~” kuhela nafasku sambil beranjak menuju sofa yang sudah beberapa hari ini beralih menjadi ‘tempat tidur’ku.


Bluk.


Kuhempaskan tubuhku ke sofa. Ku terawang langit-langit membuat pikiranku semakin melayang. Berkeliaran mencari apa penyebab semua yang terjadi saat ini. Mencari kesalahan apa yang kuperbuat selama ini.


‘Kai...’


Kai... apa yang terjadi padamu sekarang? kemana dirimu yang dulu? Kemana semua sentuhan sayangmu? Pelukkan hangatmu? Suara damaimu? Senyuman manismu? Sikap lembutmu yang selalu kau berikan padaku?


“Kai...” bisikku bersamaan dengan turunnya airmataku.


Ini bukan pertama kali lagi aku menangis terdiam malam-malam seperti ini. Ini sudah beberapa kali. Dadaku terasa penuh. Sesak. Tenggorokkanku tercekat. Ini terlalu menyakitkan.




>




“Kai... itu si...” tanyaku saat membuka pintu apato milik kami. Namun terputus saat Kai langsung masuk menggandeng seorang pria masuk.
“Kai...”
Kai menoleh dingin padaku, “Dia temanku. Buatkan kami makan malam.” Katanya sambil menarik priablonde itu masuk ke kamar kami.


Aku tetap berdiri terpaku dimana aku berdiri sedari tadi. Nyeri dan perih terasa di dadaku. begitu sakit hingga aku harus menggigit bibirku sendiri.


Kenapa? Kenapa pria itu bersamanya? Kenapa harus masuk ke kamar kami? Itu kamar milikku dan Kai kan? Kai kekasihku...




>




“Sudah kubilang dia itu hanya temanku.” Tukasnya dingin sambil terus melahap makan malamnya.
Aku cemberut, “Pembohong.”
Dia menatapku tajam, “Akhir-akhir ini kau jadi cerewet sekali. Suka sekali mencampuri urusan orang lain.” Ujarnya dingin membuatku tertunduk.
“Aku bukan oranglain. Kau tahu itu.” Protesku.
Dia kembali menatapku yang terlihat sudah marah,


Brak!!


Aku berjengit kaget saat dia tiba-tiba saja menggebrak meja makan kami.


Graaak!


Ia dengan cepat berdiri dari kursinya dengan kasar, “Aku kenyang.” Katanya dingin.
“Kau kira aku apa? aku oranglain?” protesku membuatnya berhenti mendadak.
“...”
“Kalau aku oranglain berarti orang kemarin itu siapa?” tanyaku sinis.
“...” dia berbalik menatapku.
Aku mencoba bersikap tenang, “Membiarkan kekasihmu sendiri meringkuk kedinginan di sofa. Sedangkan kau sendiri sedang menghangatkan diri dengan orang itu di kamar ‘kita’.”


Greb!


Dia mencengkeram kerahku dengan erat, “...”
Tubuhku gemetaran melihat dalam mata itu, “Kau kira aku tidak tahu? Aku ini bodoh ha?” tantangku.
“BERISIK!” bentaknya.
Keringat dingin mulai mengalir dari pelipisku, “Kalau kau selingkuh bilang saja. Kalau kau mau putus ya katakan saja. Toh aku tak peduli.” Ucapku sedikit bergetar.


Bruk!


Didorong tubuhku hingga aku terjatuh dari kursiku. Aku berusaha bangkit namun Kai dengan sigap mendorong tubuhku lagi hingga aku terlentang di lantai.


Dia menghampiriku dan duduk diatas perutku. Aku meringis merasakan beban tubuhnya yang berat diatas tubuhku.


“Berani sekali kau...” ucapnya geram sambil mengambil ancang-ancang untuk memukulku lagi.


Bugh!


“Ekh!” pekikku saat tangan terkepal itu menghantam wajahku lagi.
Dia menatapku bengis, “Ayo! Pukul lagi! Pukul saja lagi!” tantangku.
Dia menyeringai, “Heh!...”


Buagh!


“Ukh!”
“Bagaimana? Lagi?”


Aku sudah tidak bisa menahan airmataku lebih lama lagi. Airmataku mengalir dengan derasnya dari kedua sudut mataku. Kugigit bibirku yang sedikit terasa asin karena bercampur dengan darah dari bibirku yang sobek.


Dia bangkit dari tubuhku, “Heh! Orang yang membosankan.”
“Kau... Kau...”
Dia berbalik menatapku yang terkapar, “Apa?”
Suaraku bergetar, “Siapa kau?”
Dia mengangkat bahunya, “Aku?? Aku Kai. Apa kau belagak bodoh ha?”
Aku berusaha duduk, “Dimana Kai!? Dimana Kai ku!?? Kau sembunyikan dimana dia!??” raungku marah.
Dia mendekatkan wajahnya padaku, “Kau bicara apa?? aku Kai. Siapa lagi kalau bukan aku?? Kau jangan ngelantur.”


PLAK


“Kau...” geramnya saat aku menampar wajahnya dengan keras.
Aku meludah di depannya, “Kau bohong! Kai tidak mungkin seperti kau! Dia orang yang baik! Dia bukan bajingan se...”


BUAGH! BUAGH!


“Ukh! Ohok huk huk...” ucapanku terpotong saat tiba-tiba orang itu memukul perutku bertubi-tubi.


GREB!


“AKH!!” jeritku saat tangannya menarik keras rambutku dan mendorong tubuhku keras-keras di dinding belakangku.


DUAKH!


Dia membenturkan kepalaku dengan keras hingga kurasakan perih di belakang kepalaku. Aku mencoba membuka mataku yang sedari terpejam menahan sakit karenannya.


Kucoba menatapnya. Dia bukan Kai. Kubilang dia bukan Kai. Kalau dia Kai dia tidak akan bersikap seperti ini. Dia tidak akan pernah melukaiku seperti ini, tidak akan pernah melakukannya.


Dia menyeringai padaku, “Kau terlalu naif, Ruki. Kau juga terlalu bodoh.” Ucapnya.
“...” aku hanya meringis kesakitan.


Duakh!


“Ekhhh!...” pekikku lemah.
Dia menekan kepalaku semakin keras, “Kau pikir aku benar-benar memperlakukanmu seperti itu ha? Kau pikir aku benar-benar mencintaimu ha?”
Aku mendesis kesakitan, “Kau bajingan.”
Dia tertawa, “Kau baru sadar ha? Kau hanya mainan. Jangan bersikap terlalu berlebih.”
‘Mainan kau bilang!!’


Dia melemparkanku kesamping hingga aku kebali terkapar. Dia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya dan menatapku hina.


“Hah! Aku tidak suka dengan mainan rusak dan lusuh seperti ini.” Ucapnya sambil menyentuh tubuhku dengan kakinya.


‘Bajingan kau Kai!’ pekikku dalam hati karena aku sudah terlalu lemah untuk mengatakannya.


Bruk!


Dia menuntunku keluar dan membiarkanku terkapar di luar kawasan dimana apato kami berada. Dia meninggalkanku yang sudah tak kuat ini seperti membuang seekor anjing. Sial! Kau keterlaluan Kai! Wajahmu itu tidak lebih dari muka iblis! Aku tidak pernah seterhina ini sebelumnya.




>






Grieeet~


“Tunggu seben—Ruki! Astaga!” pekik Reita saat aku datang ke rumahnya.
Aku tersenyum lega, “Re..ita.. akhir...”


Bruk!


“Ruki... Ruki! Bangun...Ru...”


Aku tersenyum lega. Akhirnya aku bisa kesini. Ke tempat ini. Ke tempat dimana aku selalu menceritakan dan membagikan perasaanku. Dapat kurasakan Reita membopongku dan membaringkanku entah dimana.


Aku sudah tidak bisa melihat dengan jelas lagi. Hanya sinar putih yang begitu terang yang dapat kulihat. Juga suara-suara Reita yang panik akan keadaanku. Perlahan namun pasti aku semakin tidak bisa mendengar suaranya lagi.


Tapi meski begitu entah kenapa perasaanku menjadi tenang. Begitu ringan dan juga lega. Aku juga bisa merasakan perasaan hangat yang sudah lama tidak bisa kurasakan lagi akhir-akhir ini. Meskipun samar, tapi aku masih bisa merasakan kedua sudut bibirku ini seperti teratarik ke atas. Ya... aku dapat merasakan kalau saat ini aku sedang tersenyum.






OWARI


Tuh kan apa aku bilang? Konyol bukan? Ah aku udah gak produktif lagi bikin fanfict...ne~ RCL monggooo....


**********


Sankyuu udah berpatisipasi, Heny-san^^

2 komentar:

Yang baca postingan silahkan tinggalkan komentar ya. Don't be silent reader^^

Entri Populer