Search here ^w^

Sabtu, 12 Januari 2013

[the GazettE, Alice Nine, Versailles][FF] Two Leafs, One Flower Part : 2

Author: Deakartika Gazerock, semenya ruki
Rated: T+
Genre: Romance
Fandom: Versailles, The GazettE, Alice Nine
pairing: Hizaki x Ruki, Hizaki x Kai, Ruki x Reita, Aoi x Uruha, Saga x Tora
Part: 2/??
Nb: FF ini menggunakan sisi Hizaki dari part 1 sampe akhir....#karena lagi PW pake sisi ini XD



---------------


“Hmp~”, aku masih berusaha semampuku untuk kabur dari pelukan Shou.

“Kenapa sayang? kau tak sabar untuk bermain bersamaku?” Shou mengeluarkan senyuman iblisnya.
Bermain? Apa maksudnya? Ada yang tidak beres dengan lelaki ini.

Sampailah kami di taman belakang sekolah. Tak ada seorangpun  disana. Hanya ada taman bunga dan pondok kecil permanen. Tiba-tiba shou mendorongku ke dalam pondok itu.

“Ittai~!” aku merintih kesakitan.

“baiklah sayang, ayo mulai permainan kita”, shou terlihat sangat bersemangat, semangat yang menandakan sebuah malapetaka akan datang menghampiriku.

“Apa maksudmu?!”
Tiba-tiba aku merasakan bibirku telah melekat pada bibirnya, terasa sangat lembut. Dengan cepat Shou lalu membaringkanku dan memelukku dengan gerakan yang sangat liar, seperti singa yang akan memangsa korbannya.

“Shou! Apa-apaan ini?! Lepaskan!”

“Tidak sayang, aku tidak akan melepaskanmu sebelum permainan kita selesai” Shou mempererat pelukannya.

“Hentikan! Atau tidak aku akan, ugh~!”, belum selesai aku berbicara, mulutku langsung dibungkam dengan ciumannya. Aku terkurung dalam kondisi berbahaya, ini tidak adil. Lalu, Shou mencoba menerobos bibirku dengan lidahnya. Tangannya mulai meraba bagian tubuhku.

“Tenang, aku tidak akan melukaimu. Justru akan ku buat kau bahagia hari ini” Shou melepaskan ciumannya dariku karena tidak bisa menerobos bibirku. Kembali shou mencium bagian lain, dan target selanjutnya adalah leherku.

“Shou, Pergi! Menyingkir dari ku!”

Shou terlihat sangat senang, tangannya mulai membuka satu persatu kancing baju seragam yang ku gunakan. Dan dia kembali membungkam mulutku dengan mulutnya.

“Ugh~...Shou...hen..ti.....kan~” aku masih terkurung dalam pelukannya.

Dia berhasil membuka semua kancing seragamku sehingga angin yang berhembus dengan lembut menggesek bagian badanku yang terbuka.

“hey, bolehkan aku menyentuh dadamu yang indah ini?”

“Nani?!” mataku terbelalak dengan perkataannya.

Tanpa menunggu jawabanku, shou mencium dadaku.

“Uwaa! Tasukete kudasai! Shou, pergi! Menyingkir dariku!”, aku mulai memberontak, tapi shou tidak kalah saing. Dia malah memperkuat pelukannya dan kembali menciumku dengan lebih kasar.

“Tep”, seseorang menyentuh pundak kiri shou.

Shou menoleh pandangannya dan berdiri, “Hey, jangan ganggu. Aku sedang..”
DUAK! sebuah pukulan bersarang pada pipinya yang halus hingga membuatnya terjatuh.

“Apa yang kau lakukan pada wanita ini?” sesosok lelaki berdiri di dekatku, terlihat sama-samar.

“Memang kenapa? Perlukah kau tau itu, chibi? Fufufu”, shou bangkit dan menatap lelaki itu dengan tajam.
Chibi? Siapa dia?

“Jangan dekati dia lagi atau kau akan ku hajar lebih dari ini.”

“Baik-baik, tapi itu tidak akan berlangsung lama karena aku akan menculiknya agar aku bisa bermain kembali dengannya” Shou mengeluarkan senyuman untuk menyidir lelaki itu dan akhirnya pergi meninggalkan kami. Aku kembali memasang kancing seragamku dan merapikannya.

“Arigatou telah menyelamatkanku, tanpamu mungkin aku sudah dihabisi oleh si hidung belang itu.”

“Douita, lain kali hati-hati dengan Shou. Dia memang seperti itu kalau sudah ketemu cewek yang lagi lengah.” Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan ternyata dia adalah...

“Heeee?! Ruki??!! Apa yang kau lakukan disini?!” aku sangat terkejut ternyata Ruki lah yang menyelamatkanku tadi.

“Baru sadar ya? Dasar...Aku hanya sedang bosan dan memutuskan untuk mengelilingi sekolah. Lalu, aku mendengar teriakanmu tadi. Makanya aku kesini dan ternyata Shou sedang melakukan aksinya kembali.”

Oh tidak! Apa yang harus aku lakukan? Ruki berada didepanku dan aku hanya terdiam dengan wajah super merah. Oh Kami-sama, tasukete!

“Baiklah, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi bel berbunyi.” Ruki memegang tanganku.

Oh sial. Kenapa dia memegang tanganku? Kita kan belum memiliki hubungan, Ruki.” Pikirku sambil menahan perasaan yang sangat kacau, tidak tahu harus senang atau malu.


Sesampainya di kelas, semua siswa terkejut melihat kedatanganku bersama ruki.

“Wow! Lihat mereka! Sepertinya ada yang punya hubungan baru nih. Cuit cuit!” teriak Hiroto, selaku ketua kelas. Cewek-cewek satu kelas langsung teriak histeris.

“Ruki, kau tega berselingkuh dibelakangku.” Reita mengeluarkan ekspresi nangis ala sinetron+mewek2

“Apa-apaan kalian? Aku hanya berjalan dengannya dan tidak melakukan apa-apa. Apa itu masalah? Dan kau Reita, apanya yang selingkuh? Kau juga sering berduaan dengan Nao ‘kan?”

“Tidak kok! Mana pernah aku berjalan dengannya.”

“Oh begitu? Jadi ini apa?” ruki menunjukkan foto dari hp-nya.

“Huwa!” Reita langsung mengambil hp Ruki. Itu adalah foto Reita sedang mencium dahi Nao.

“Darimana kau mendapatkan?” Reita terlihat kalang kabut.

“Dari diriku sendiri. Aku melihat kau sedang duduk bersama Nao di cafe langgananmu.”
Aku hanya tertawa melihat reaksi Reita yang sedang menahan malu dan melangkah menuju tempat dudukku.

“Kau senang berjalan dengan Ruki ‘kan?” Aoi menghampiriku.

“Eh? Tidak kok, biasa saja.”

“kenapa? Kau trauma denganku karena kejadian waktu itu?”

“Sangat. He~”

“Hahaha. Itu hanya sebuah uji coba kok.” Aoi tertawa kecil

“Eh? Maksudmu?”

“Aku hanya mengujimu apakah kau benar-benar menyukai Ruki atau tidak. Dan hasilnya benar, kau lulus dalam uji cobaku.”

“Ha?Sebenarnya apa maumu?” aku menatap wajahnya.

“Apakah kau mau ku bantu agar kau mendapatkannya?”

“Tidak, terima kasih. Biarkan aku berusaha terlebih dahulu.”

“Baiklah kalau memang itu maumu. Tapi kalau ada apa-apa, panggil saja aku” Aoi melemparkan senyumannya.

“Hai’, senpai. Tapi hentikan senyuman mautmu itu!”

"Hahaha"


------------


Bel pulang berbunyi. aku membereskan barang-barangku, lalu menghampiri Kai.

“Kai, pulang sama-sama yuk? Hehe”

“Tidak, terimakasih.” Wajah Kai terlihat muram dan pergi meninggalkanku.

Lho? Ada apa dengannya? Apa aku telah melakukan kesalahan yang fatal padanya? Padahal dia tidak pernah menolak jika aku mengajaknya pulang bersama.
Selama perjalanan pulang, aku berpikir keras apa yang membuatnya hingga seperti itu. Akhirnya kuputuskan untuk menelponnya.

“tut..tut..tut”

“Moshi-moshi.” Kai menjawab telponku.

“Moshi-moshi, Kai. Kenapa kau menolak pulang bersamaku tadi? Apa aku telah membuat hatimu terluka?”

“.....” Kai tidak menjawab sedikitpun.

“Kai? Apa kau masih disana?”

“tuuuuuut” Kai menutup telponnya. Sudah kuduga, ada yang tidak beres dengannya. Aku berlari menuju rumah Kai untuk menanyakan lebih lanjut permasalahannya.
Akhirnya tiba juga di rumah Kai. Kulihat didepannya ada ibu Kai yang sedang menyiram bunga.
Aku menghampiri wanita itu.

“Sumimasen Oba-san. Apakah Kai ada dirumah?”

“Oh Hizaki! Kai, ya? Dia ada di dalam kok. Silahkan masuk! Kamarnya ada di lantai 2.” Ibunya tersenyum dengan lesung pipi yang sangat manis, sama dengan senyuman Kai.

“Eh? Arigatou Gozaimasu!”


Terlihat rumah ini sangat sepi. Tak ada orang kecuali Kai di dalam kamarnya.

“Tok tok tok”

“Siapa itu?” Terdengar suara dari dalam kamar.

“Ini aku, Hizaki. Ada yang ingin aku bicarakan.”

“Krek” pintunya terbuka dari dalam. Kulihat wajah Kai yang muram dengan rambut acak-acakan dan pakaian yang berantakan.

“Oh, Hizaki. Ada apa?” Kai tersenyum, namun terlihat seperti senyum yang terpaksa.

“Ano.. aku ingin bertanya. Kenapa kau menolak ajakanku tadi? Apa aku telah melukai hatimu?” hatiku gugup ketika menanyakan itu.

“Iie, daijoubu.” Kai tertawa kecil dan mengusap rambutku.

“Uso! Katakan sejujurnya padaku!”

“Aku serius, tak ada yang perlu kau khawatirkan”

“Kai. Jangan berdus.....” tiba-tiba Kai menarikku kedalam kamarnya dan mengunci pintu.

“Eh?” aku tercengang melihat diriku yang telah ada dipelukannya. Hangat sekali.

“Jangan pergi dariku.” Wajah Kai terlihat sangat serius.

“Apa maksudmu? Wakaranai.” Jantungku berdebar kencang. Aku gugup dengannya. Namun, pelukan ini terasa sangat nyaman bagiku.
Kai mencium dahiku, “Aishiteru..”

“Nani?!” Mataku terbelalak mendengar kata-kata itu. Kulepas pelukannya dan melari menuju keluar kamarnya, tetapi percuma karena pintunya terkunci dan kuncinya ada di tangan Kai. Akhirnya hanya bisa terdiam tak berkutik di depan pintu.

“Kenapa kau lari? Kau tidak mau denganku? Apa karena aku tidak sesempurna Ruki yang kau cintai itu?” dia menahan pundakku dengan kedua tangannya.

“Eh?! Dari mana kau tau?! Itu semua bohong!”

“Jangan berbohong padaku. Kau pikir dengan pertemanan kita sejak kecil itu tak membuatku bisa membaca pikiranmu? Aku tau apa yang kau rasakan dan inginkan, hizaki-san.” Kai menajamkan matanya.

“Aku..aku..” mulutku tak bisa berbicara, gugup ingin berbicara dengannya.

“Sebenarnya selama aku menyimpan rasa denganmu. Tapi aku cemburu melihatmu berjalan dengan Ruki! Kau pikir senyuman yang selama ini kuberikan padamu saat kau bersama Ruki adalah sukarela? Aku tersenyum padamu karena aku menahan rasa sakit hati yang tak tertahankan!”

Kai cemburu padaku? Kenapa dia tak pernah mengatakan padaku jika dia menyukaiku? Kita ‘kan sudah berteman sejak kecil?

Mendadak Kai mencium bibirku dengan lembut, menahan kedua tanganku dengan tangannya. Kenapa? Apakah kau dendam padamu karena aku tak pernah menghiraukan perasaanmu?
Aksinya dimulai. Dia memainkan lidahnya untuk menerobos bibirku. Tanganku dikunci oleh tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mulai meraba tubuhku.

“Ugh~ kai... hen..tikan~”, dia tak menghiraukan kata-kataku. Sepertinya dia benar-benar marah, terlihat ingin membalas dendam. Tiba-tiba, Kai melepaskan bibirnya. Aku terduduk lemas, sepertinya tenagaku sudah mulai habis. Dia pun ikut duduk didepanku.

“Kai? Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku??” Tak sadar air mataku sudah menetes di lengannya.

Dia mengusap air mataku,“ Karena aku ingin kau menjadi milikku. Tak akan ku biarkan kau disentuh oleh orang lain. Kumohon, apa yang membuatmu tidak mencintaiku??”

“Bukannya aku tidak menyukaimu, tetapi kau tak pernah mengatakan perasaanmu. Aku pikir kita hanya sebatas teman. Tapi, ternyata kau memiliki perasaan yang berbeda kepadaku, sedangkan diriku sedang memiliki perasaan kepada orang lain.” Diriku tertunduk lemas melihat wajahnya.

“Itu sebabnya aku melakukan ini padamu! Karena aku mencintaimu dan aku tidak ingin kau menjadi milik Ruki!”

“Maafkan Kai, kumohon biarkan aku pulang! Aku tak bisa berbincang-bincang jika didesak seperti ini!” Air mataku semakin banyak yang menetes.

“Hizaki.. Gomen, gomennasai.” Dia memegang tanganku, menciumnya dengan sepenuh hati. Lalu membuka pintu kamarnya.


--------------------


Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Aku telah tiba di depan pintu rumah dengan pikiran yang sangat kacau.

“Tadai... errrr!” mataku terkejut melihat pemandangan dimana kakakku sedang berciuman dengan pacarnya, Tora.

“Oh hiza! Okaeri.^^” Saga langsung melepaskan ciumannya.

“Gomen menggangu kalian. Silahkan lanjutkan kembali.” Aku memalingkan wajah darinya.

“Wah, kau marah ya? Gomen ne~..Oh iya, tadi ada temanmu yang mengirimi surat, ini.” Saga mengeluarkan surat bermotifkan bunga sakura dari kantong celananya.

“Dari siapa?”

“Tidak tau, dia tak menyebutkan namanya”

“Hm.... Arigatou, onii-chan.”

“Douita, adik kecilku yang manis.”
Aku menyindirnya dan kembali menuju kamar.

“Sudah lama juga aku tidak mendapat surat. Hehe.”
Ku keluarkan isi amplop itu. “lho? Seperti aku mengenal bau surat ini, tapi siapa?”
Melihat keanehan ini membuatku penasaran, tanpa basa basi aku membaca isi suratnya.

.

.

.

“Uso! Ini pasti bukan darinya!”


******

Yak, FF abal-abal Part 2 sudah rilis (?)! XD
Sebenarnya dalam cerita ini boku gak tega nistakan shou a.k.a uke saya. Tapi karena stock bishie pada waktu pembuatan ini sangat kritis, mau tak mau shou harus jadi tumbalnya T_T #asli: XDDDD *the crazy wife*
Bagi yang mau kasi kripik pedas,. dipersilahkan! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang baca postingan silahkan tinggalkan komentar ya. Don't be silent reader^^

Entri Populer